Semarang, 28 April 2025 - “Hidup petani Pundenrejo!” begitulah kalimat yang dipekikkan oleh salah satu petani Pundenrejo di depan Kantor BPN/ATR (Badan Pertanahan Nasional/Agraria dan Tata Ruang) Jawa Tengah. Aksi ini dihadiri oleh para petani Pundenrejo dan aliansi masyarakat sipil. Aksi ini merupakan respon terhadap aksi premanisme yang dilakukan oleh PT. Laju Perdana Indah (LPI).

Dalam aksi ini, salah satu ibu-ibu petani Pundenrejo telah mengirimkan surat kepada pihak kantor BPN/ATR Jawa Tengah. Pada kesempatan aksi ini, ibu-ibu petani tersebut menguraikan kronologi pemberian surat sebagai berikut.

“Bu Sumi (salah satu petani Pundenrejo) ke dalam (Kantor BPN/ATR Jawa Tengah) mau menyampaikan surat, sudah diterima, tapi hasilnya belum tau. Entah gimana, diproses dulu apa engga? engga tau, tapi sebenarnya sudah mengirim surat. Sudah diberi surat balasan dari BPN. Ya, petani minta tolong supaya tanah yang konflik di Pundenrejo segera diselesaikan TORA (Tanah Objek Reformasi Agraria,” ucap ibu-ibu petani tersebut kepada pihak pers pada Senin, 28 April 2025. 

Ibu-ibu petani tersebut juga menambahkan bahwa tanah yang mereka miliki merupakan hal yang sangat berharga. Berikut pernyataan Ibu-ibu petani tersebut.

“Bukan buat apa-apa, mas. Buat makan! buat makan, soalnya petani itu yang sangat dibutuhkan, buat makan. Kalau PT. LPI pengusaha gede sudah banyak lahan di luar Jawa. Kenapa tapi masih menyerang, meminta, merebut tanah petani Pundenrejo? Padahal benar-benar HGB-nya itu salah, salah tidak sesuai keperuntukkannya, mas,” tambah ibu-ibu petani tersebut.  

Selain menyampaikan surat, massa aksi juga menyampaikan beberapa tuntutan mereka. Pembacaan tuntutan tersebut sekaligus menjadi penutup aksi petani Pundenrejo sore ini. Berikut beberapa tuntutan para petani tersebut.

“Hidup petani Pundenrejo!  Hidup perempuan yang melawan! Hidup mahasiswa! pernyataan sikap Germapun (Gerakan Masyarakat Petani Pundenrejo), hentikan tindakan premanisme PT. Laju Perdana Indah yang merampas dan menggusur ruang hidup kami. Senin, 28 April 2025, kami Gerakan Masyarakat Petani Pundenrejo hari ini mendatangi Polda Jateng untuk melaporkan tindakan PT. LPI yang telah merobohkan aup-aupan Joglo Juang Germapun. Alih-alih menghentikan tindakan sewenang-wenang lantaran sudah tidak lagi mempunyai hak apapun di atas tanah perjuangan petani Pundenrejo atau Germapun. PT. Laju Perdana Indah justru kembali melakukan tindakan pembongkaran rumah petani pada tanggal 24 April 2025. Tindakan brutalitas PT. LPI merupakan implikasi dari tidak tuntasnya penyelesaian konflik agraria yang berpegang teguh pada prinsip keadilan sosial. Tindakan PT. LPI jelas telah melanggar hak atas rasa aman yang termasuk dalam Pasal 28G Ayat (1) UUD NRI 1945 yang menyatakan ‘ Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi’. Maka dari itu, kami Germapun menyatakan sikap. Satu, mengutuk aksi premanisme PT. Laju Perdana Indah yang merobohkan aup-aupan Germapun dan rumah petani. Dua, menuntut kepada Menteri ATR/BPN RI untuk menolak permohonan baru PT. Laju Perdana Indah dalam bentuk apapun di atas tanah perjuangan petani Pundenrejo. Tiga, menuntut kepada Kapolda Jateng untuk segera menindak tindakan sewenang-wenang PT. Laju Perdana Indah yang merugikan petani Pundenrejo. Empat, untuk Komnas HAM untuk segera mendesak PT. LPI untuk menghentikan tindakan premanisme yang melanggar hak asasi manusia. Hidup petani Pundenrejo! Hidup mahasiswa! Hidup perempuan yang melawan!” ucap salah satu petani di depan awak pers pada Senin, 28 April 2025.

Dari pernyataan sikap dan tuntutan tersebut petani Pundenrejo berharap pihak-pihak berwenang dapat memberi tindakan tegas terhadap tindakan sewenang-wenang  PT, Laju Perdana Indah. Selain itu, melalui tuntutan tersebut para petani Pundenrejo juga berharap dapat memperoleh kembali apa yang sudah seharusnya menjadi hak mereka.