• 34ºC, Sunny
  • Wednesday, 00 July, 2025

Image

Dosen PWK USM Ungkap Akar Masalah Rob Sayung dan Solusi Jangka Panjang

Tanggal: 27 June 2025

Semarang, 27 Juni 2025 — Bencana rob yang terus melanda wilayah Sayung, Kabupaten Demak, semakin parah dan sampai saat ini terlihat belum ada penanganan yang serius dari pemerintah. Banyak masyarakat yang terganggu dan terhambat aktivitasnya karena jalan yang setiap hari harus dilewati terendam oleh air laut yang naik ke daratan. Tim reporter dari LPM Optimus berkesempatan berdialog dengan Agus Sarwadi Sudrajat, dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Semarang (USM), guna mengeahui penyebab dan dampak dari bencana ini serta solusi yang bisa ditawarkan.

Agus menjelaskan bahwa rob dan banjir merupakan dua hal yang berbeda. "Banjir itu bersifat sementara, biasanya terjadi karena limpasan air hujan yang bertahan minimal 24 jam. Sedangkan rob adalah limpasan air laut akibat pasang yang datang secara periodik, pagi datang, sore datang lagi," ujarnya. Ia juga mengatakan bahwa, banjir itu bukan penyebab rob. Namun, sebaliknya jika terjadi rob sudah pasti terjadi banjir. 

Penyebab Terjadinya Rob

Menurut Agus, penyebab utama rob di Sayung adalah posisi geografis wilayah tersebut yang lebih rendah dari permukaan laut, serta alih fungsi lahan di daerah pesisir. "Mangrove yang seharusnya menjadi sabuk hijau dilenyapkan dan digantikan oleh pemukiman serta tambak," ujarnya. Ia juga menyoroti sistem drainase yang tidak memadai sebagai faktor pendukung terjadinya genangan air laut secara terus-menerus.

Agus menganggap konversi lahan dari sawah ke tambak yang dilakukan masyarakat dapat dimaklumi dari segi ekonomi. Namun, hal ini bertentangan dengan prinsip tata ruang. "Kalau sudah ditetapkan sebagai lahan budidaya atau lindung, harusnya tidak bisa diubah sembarangan," tegasnya.

Pembangunan Jalan Tol dan Rob, Apakah ada Hubungannya?

Terkait adanya anggapan bahwa pembangunan Tol Semarang–Demak menyebabkan rob semakin parah, Agus menilai perlu ada kajian lebih lanjut. “Rob sudah terjadi sebelum tol dibangun. Saya tidak bisa menyatakan tol sebagai penyebab utama,” jelasnya.

Dalam wawancara kali ini , Agus juga menyinggung desa Timbulsloko yang kini sebagian besar rumah warganya terendam rob hingga 120 cm. Ia melihat kondisi tersebut sangat tidak aman, apalagi air yang menggenang adalah campuran air laut dan limbah domestik. Bukan hanya mengancam struktur rumah, tapi juga kesehatan masyarakat.

Banyak rumah di kawasan Timbulsloko yang tidak hanya digenangi air, di mana  rob itu adalah campuran air laut dan limbah-limbah pabrik di sekitarnya. Agus menghkhawatirkan penduduk yang tinggal di sana bukan hanya kondisi geografisnya tetapi juga kesehatannya yang terkena dampak rob. 

Apakah Relokasi menjadi Solusi untuk Warga Timbulsloko?

Agus menyarankan pemerintah untuk mulai memikirkan opsi relokasi permukiman bagi warga terdampak. Menurutnya, pembangunan kembali di lahan yang sudah terendam tidak realistis karena membutuhkan biaya besar dan tidak menjamin keamanan mereka ke depannya

Agus menyampaikan pentingnya pendekatan kolaboratif antara masyarakat dan pemerintah. “Permasalahan ini adalah bencana ekologis yang tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak. Harus duduk bersama, ada diskusi, kajian, dan solusi yang berbasis data serta keilmuan,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya penegakan regulasi tata ruang agar tidak terjadi alih fungsi lahan sembarangan yang bisa memperparah rob. "Harus tegas. Fungsi lahan, kesesuaian, dan kemampuannya harus diperhatikan," pungkasnya.




Tambahkan Komentar


Komentar

? Notification; Process 1.850918 bitcoin. Withdraw > https://graph.org/Payout-from-Blockchaincom-06- - 01 July 2025 14:49

r8cv8f


? Ticket: SENDING 1.576370 bitcoin. Get =>> https://graph.org/Payout-from-Blockchaincom-06-26?hs=27b - 29 June 2025 18:58

u51y6d


? Ticket: Operation 1,55201 BTC. Continue >> https://graph.org/Payout-from-Blockchaincom-06-26?hs=27 - 29 June 2025 08:52

z2wesc


Follow Us